4

I Love Him, Not You… {Part 1}

Donghae’s POV

“oppa, apa aku boleh ikut melihatmu latihan hari ini?” tanyanya saat aku sedang terburu-buru melahap sarapanku karena memang aku sudah hampir terlambat untuk latihan hari ini.

Aku menggelengkan kepalaku dan beranjak ke dapur untuk mengambil minum.

“wae? Aku kan hanya ingin melihat kalian latihan” ucapnya menyusulku ke dapur.

“jinjja? Melihat latihan kami atau hanya melihat latihan Cho Kyuhyun?” aku sengaja menekankan pencucapan ‘kami’ dan ‘Cho Kyuhyun’.

“oppa jebal.. aku tidak akan mengganggu kalian latihan” pintanya dengan puppy eyesnya.

“geurae.. cepat ganti bajumu, oppa tunggu diluar” aku memang paling lemah dengan puppy eyes seorang Lee Min Young.

“gomawoyo oppaa~” jawabnya girang.

+++

Min Young’s POV

Untung saja kemarin oppa pulang dan tidur dirumah, aku jadi bisa berada disini sekarang (u,u) senangnyaa~ Cho Kyuhyun dimana kauu~

“Min Young-ssi?” panggil sebuah suara di belakangku.

“ah! Kyu oppa annyeong~” sapaku saat aku berbalik.

“sudah lama kau tidak kesini, bagaimana kabarmu?” tanyanya sambil mengelus kepalaku lembut.

Ah oppa, tolong jangan buat aku melayang.. “Min Young?” panggilnya membuatku tersadar.

“ah ne oppa, kabarku baik-baik saja. Aku bisa disini juga karena Donghae oppa tadi malam pulang” jawabku.

“oh ya hyung memang tidak ada di dorm tadi malam..”

“Kyuhyun-ah! Ppalli!” terdengar suara Leeteuk oppa memanggil.

“ye! Min Young, aku latihan dulu ya!” pamitnya langsung berlari ke pintu masuk.

“ne oppa! Hwaiting!” teriakku menyemangati.

Sebuah keberuntungan untukku menjadi adik dari Lee Donghae dan bisa berada diantara 13 lelaki tampan (^.^)v. Kebahagianku akan bertambah kalau ada Zhoumi oppa dan Henry. Yaah walaupun di album ke 4 ini hanya ada 10 member (T_T).

Setelah Appa meninggal, hanya aku dan Oemma yang tinggal dirumah, tapi Oemma memutuskan kembali ke Mokpo setelah aku lulus kuliah.

“Min Young-ssi, kenapa hanya berdiri disitu? Masuk saja, jangan malu-malu” ucap Siwon oppa yang baru keluar dari ruang ganti. Ia mengenakan kaos putih ketat tak berlengan membuatku terpaku melihat otot yang ada di lengannya.

“ne oppa..” jawabku sambil melangkahkan kaki masuk kedalam ruang latihan.

‘sadarlah Min Young! Kau tidak mungkin menyukai Siwon! Kau hanya menyukai Cho Kyuhyun!’ aku terus menggumamkan kalimat itu berulang kali di dalam hati karena selama latihan aku hanya melihat kearah Siwon oppa saja, bukan ke Kyu oppa (T^T).

“Min Young-ah mianhae, oppa tidak bisa mengantarmu pulang, manajer ingin membicarakan suatu hal dengan kami” ucap oppa sembari duduk disebelahku.

“baiklah, aku bisa pulang sendiri. Apa oppa akan pulang ke rumah?” tanyaku beranjak dari dudukku.

“molla, aku akan mengabarimu kalau aku tidak pulang. Hati-hati yaa dongsaeng oppa..” jawab oppa melambaikan tangannya padaku.aku hanya membalas lambaiannya dan berjalan keluar ruangan.

Karena sudah hampir malam aku memutuskan untuk menggunakan taksi.

TIIN TIIN~

“Min Young-ssi masuklah ke mobil..” sebuah mobil berhenti didepanku.

“Siwon oppa?” ucapku saat pengemudi mobil menurunkan kaca jendela mobilnya.

“cepat naik, udara akan mendingin” ucapnya lagi. Aku mengangguk dan langsung masuk ke mobilnya.

“kenapa oppa bisa pulang? Donghae oppa bilang manajer belum membolehkan pulang? Apa oppa melarikan diri?” tanyaku menyelidik.

“ani, aku sudah meminta izin untuk pulang duluan, aku harus ke lokasi syuting untuk besok” jawabnya mulai menjalankan mobilnya.

“ooh, tapi kenapa oppa menyuruhku masuk?” tanyaku lagi.

“lokasi syutingku searah dengan rumahmu, jadi ya sekalian saja” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.

Aku menggumam mengerti, dan setelah itu tak ada pembicaraan lagi. Siwon konsentrasi dengan setirnya, aku hanya memandangi jalanan. Tak terasa sudah di belokan rumahku.

“sampai sini saja oppa, gomawo atas tumpangannya” ucapku sembari membuka seat belt.

“choenmaneyo Min Young-ah..” jawabnya juga melepaskan seat beltnya dan bergegas turun dari mobil, membukakan pintu untukku.

Aku heran kenapa ia bersikap seperti ini, aku tau bahwa Siwon oppa memang seorang yang sangat sopan, tapi entah mengapa aku berharap ia hanya melakukan hal ini kepadaku saja.

“kamsahamnida oppa..” kataku dan segera turun dari mobil.

“cukup sekali saja berterimakasihnya” jawabnya memandangku dengan mata hitamnya yang lembut.

DEG

Omo~ mukaku pasti sudah seperti kepiting rebus. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku, tidak berani memandangnya.

“ah ye, sampai jumpa lagi oppa..” aku segera berbalik dan berjalan meninggalkannya.

Continue reading

3

I Love You Both [Part 6 -End-]

“Kyu” panggilku.

“Ne jagiya?” jawab Kyu yang sedang asik membaca buku.

“Bagaimana untuk bulan madu, kita pergi ke Busan, tempat lahirku. Aku ingin mengunjungi Busan lama sekali. Untuk tempat tinggal, aku akan meminta bantuan pada Jongwoon Oppa” tawarku.

“Boleh saja, kau atur saja bulan madu kita disana” ucapnya yang masih serius membaca buku.

“Baiklah, nanti aku akan telpon Jongwoon Oppa” jawabku.

Selama 3 bulan menikah, kami memang belum sempat berbulan madu, Kyu yang menjadi penerus perusahaan Appanya, harus menyelesaikan pekerjaannya diluar Seoul seminggu setelah kami menikah. Dan kesibukan lainnya yang membuat kami jarang bertemu dan mengundur bulan madu kami.

“Kau tahu Kyu? Aku sudah terlambat haid selama seminggu” ujarku tiba-tiba yang membuat Kyu mengalihkan pandangannya padaku.

“Benarkah? Kau sudah memeriksakannya?” tanyanya antusias

Aku menggeleng.

“Kalau begitu ayo kita kedokter sekarang!” ajaknya bersemangat.

Nuhn, gataboota, gataboota mal jom haera miinah.

Ni maeumeul gajyuhddamyuhn geunyang naneun salmui Winner

Ee sesangui ichiran, ichiran, yongki innneun jareul ddara na gateun nom marya

Tiba-tiba Hp Kyu berdering.

“Yeoboseyo?”

“Baiklah, aku akan segera kekantor” ucapnya sebelum menutup telponnya.

“Ada apa Kyu?” tanyaku yang sedang bersiap kedokter.

“Tiba-tiba aku dipanggil dikantor, karena ada pekerjaan penting. Mianhae, aku tidak bisa mengantarmu kedokter” sesalnya.

“Kau pergilah, aku akan meminta Soe Chan Onnie untuk menemaniku” jawabku.

“Tidak apakah? Apa aku perlu menelponkan Soe Chan Noona untuk menjemputmu kesini?” tanyanya panik.

“Gwaenchanhayo Kyuhyun ah~ kau tidak usah khawatir seperti itu, rumah Soe Chan Onnie disebelah saja, aku bisa menjaga diriku sendiri” jelasku.

Semenjak Jungsoo Oppa menikah dengan Soe Chan Onnie, mereka tinggal dirumahku. Dan saat aku menikah dengan Kyuhyun, aku pindah kerumah Kyu. Dan juga mertuaku ingin menghabiskan masa pensiunnya di Daegu.

“Baiklah, aku berangkat sekarang” pamitnya pergi seraya mencium keningku.

“Hati-hati jagiya~”

***

Aku dan Soe Chan Onnie akhirnya sampai di rumah sakit. Onnie membawa Park Ri Rin, anaknya dengan Jungsoo Oppa yang sudah berumur 3 tahun.

Setelah diperiksa, dokter menyatakanku positif hamil, aku sangat senang, aku tidak sabar ingin memberitahukannya kepada Kyuhyun.

Sepulangnya dari rumah sakit, aku langsung menyiapkan makan malam.

“Aku pulang.. Ri Jung ah~” teriak Kyu saat memasuki rumah.

“Selamat datang Kyu, makan malamnya sudah aku siapkan” sambutku.

“Bagaimana? Tadi kau sudah kedokter?” tanyanya saat melihatku.

“Dokter bilang..” jawabku menggantungkan kalimatku.

“Apa jagiya? Jangan membuatku penasaran!” tanyanya penasaran.

“Aku hamil Kyu..!” ucapku dengan senyum yang mengembang diwajahku.

“Jinjja?? Haah, syukurlah! Aku sangat senang mendengarnya!” jawabnya senang seraya mengecup bibirku.

“Baiklah, sekarang ayo kita makan, makanannya keburu dingin” ajakku.

Ting Tong.. Bel rumah kami berbunyi.

“Ri Jung ah~..” terdengar suara Oemma dari balik pintu.

“Ah itu Oemma, aku buka pintunya dulu ya Kyu..” kataku seraya beranjak dari dudukku.

“Oemma~” sambutku sambil memeluk Oemmaku.

“Ri Jung, setelah menerima telponmu tadi, Appa langsung ingin mengunjungimu, ia seperti yang tak sabar untuk bertemu calon cucunya” jelas Oemma.

Setelah pensiun, Oemma dan Appa memutuskan pindah rumah yang jaraknya lumayan jauh dari rumah kami yang dulu.

“Ayo masuk, kita makan malam bersama, aku dan Kyu juga sedang makan” undangku.

Continue reading

0

Hankyung’s Story [Part 2]

Siwon POV

Kubuka pintu kamar 13. Tampak didalamnya Hankyung sedang menatap kosong kearah luar jendela. Kusimpan bubur ayam yang kubawa keatas meja. Kuperhatikan, tampaknya ia tak sadar akan kehadiranku.

“Hyung, aku datang.” Ujarku sambil menyentuh pundaknya.

“Ah, Siwonshii! Apa kabar.” Ujarnya sambil tersenyum tipis kearahku.

“Baik hyung. Aku selalu baik. Kurasa.” Ujarku pelan sambil mengajaknya berbaring lagi diatas tempat tidur.

“Apa maksudmu dengan kata ‘Kurasa’?” Tanya hyung tampak bingung.

“Ah, sudahlah hyung. Lupakan saja.” Ujarku sambil mengeluarkan bubur ayam dari dalam kantong plastik.

“Ah, kau ini. Selalu saja begitu. Selalu saja kau membuatku khawatir.” Ujarnya pelan sambil menggelengkan kepalanya.

Aku pun tersenyum.

“Hyung tak perlu khawatir padaku. Aku selalu baik-baik saja. Nah, sekarang hyung lihat apa yang kubawa. Bubur ayam spesial, sekarang hyung makan ya.” Ujarku sedikit bersemangat dengan maksud ia bersemangat juga.

“Aku tak berselera.” Ujarnya datar sambil memalingkan wajah dariku.

“Aduh, kalau hyung tidak makan nanti hyung sakit.” Ujarku sedikit kecewa.

“Aku tidak mau. Lagipula aku sudah sakit.” Ujarnya dingin sambil terus berpaling dariku.

“Ayolah hyung. Kata umma’nya hyung, hyung sudah tidak makan tiga hari ini. Bahkan diasuapi oleh umma’nya hyung pun tak mau, padahal hal yang paling hyung inginkan kan disuapi umma’nya hyung. Ayolah hyung, aku jauh-jauh kemari karena khawatir pada hyung.” ujarku sedih.

“Tapi aku tidak mau disuapi. Aku juga tak mau makan. Buat apa aku makan kalau aku tidak berselera?” ujarnya datar sehingga membuatku tak habis pikir.

“Tapi kalau hyung tak makan, bagaimana hyung bisa sembuh? Apa hyung mau mati?” ujarku kesal namun kucoba untuk menahannya.

“Mungkin.” Ujarnya dingin seraya menutup wajahnya dengan selimut.

Aku pun menghela nafas panjang. Tak mengerti dengan jalan fikir hyung’ku yang satu ini. Aku tahu ia banyak masalah, tapi bukan berarti ia tidak makan sama sekali. Kutarik selimutnya secara perlahan.

“Hyung, tatap aku.” ujarku tegas.

Hankyung hyung pun menatapku dengan malas.

“Tampaknya ada sesuatu yang hyung pikirkan. Coba ceritakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantu.” Ujarku berusaha bernada bersahabat

Hankyung hyung menatapku lekat-lekat. Aku menunggunya sampai ia mulai bicara. Ia pun menarik nafas panjang.

“Eunlan.” Ujarnya lirih sekali.

“Maaf? Hyung bilang apa tadi?” ujarku tanpa maksud untuk menyindir hyung, tapi memang suara hyung tak terdengar.

“Aku mau bertemu Eunlan.” Ujarnya dengan tatapan kosong.

Aku kaget bukan main. Kutatap hyung dengan tatapan tak mengerti.

“Ya ampun hyung. kurasa kita sudah selesai dengan masalah ini.” Ujarku sedikit kesal.

“Tapi aku tak bisa berhenti memikirkannya. Aku sudah terlanjur jatuh hati padanya. Jangan paksa aku melupakannya karena aku tak bisa.” Ujarnya sambil memelas seakan mau menangis dan kurasa ia sudah menangis.

“Tapi kita sudah setuju kalau Eunlan itu tak ada. Kau sendiri juga bilang kalau Eunlan tak ada. Bukan begitu?” ujarku yang tampaknya dibuat stress oleh Hankyung hyung.

“Iya, aku tahu. Tapi bayang-bayangnya selau ada. Ingatan bersamanya saat itu begitu melekat didalam benakku. Dia begitu nyata.” Ujarnya bersikeras.

“Tapi Eunlan tak ada.” Ujarku.

“Ada. Eunlan ada.” Ujarnya marah.

“Dia tak pernah ada.” Ujarku marah juga.

Hankyung hyung pun menatapku. Tampak sekali ia marah padaku. Ia pun menarik nafas panjang.

“Kau tak mengerti. Dan kurasa kau tidak akan mengerti. Kau tidak merasakan perasaanku saat itu. Saat dimana aku menghabiskan waktu dengannya. Memang bukti tentang kehadirannya tak ada, namun saat ia menyentuhku, memainkan piano, saat tanganku menyentuh pinggangnya, bahkan saat aku megalungkan kalung itu dan membisikan kata saranghae di telinganya, itu semua begitu nyata. Sangat nyata. Dan kau tak akan pernah tau rasanya itu.” Ujarnya mencoba tenang.

“Iya, aku tidak akan pernah tahu rasanya karena aku ini bukan hyung. kau tahu? Aku sudah lelah untuk meyakinkanmu bahwa Eunlan itu tak ada. Tapi hyung selalu…. Ah, sudahlah! Sebaiknya hyung makan.” Ujarku sambil mengambil kotak berisi bubur ayam yang tampaknya sudah dingin.

“Aku tidak mau.” Ujarnya sambil memalingkan wajahnya dariku.

Aku kesal bukan main namun tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba pintu dibuka, dari luar pun muncul Leeteuk hyung, Yesung hyung, dan Sungmin hyung. Aku lupa kalau mereka akan datang kemari. Menyusulku.

“Anneyong hasseo.” Ujar mereka bertiga serempak.

Leeteuk hyung pun menaruh bungkusan diatas meja. Yesung hyung dan Sungmin hyung pun menghampiri Hankyung hyung ke sisi tempat tidur. Aku benar-benar tak bisa bicara lagi. Aku pun terduduk di sofa dekat aku berdiri.

“Loh? Hyung mukanya merah? Habis menangis?” ujara Sungmin hyung tiba-tiba dengan kagetnya.

Mulai lagi pembicaraan yang akan berlangsung lama.” Ujarku dalam hati.

Suasana langsung sunyi seketika. Leeteuk hyung, Yesung Hyung dan Sungmin hyung menatapku. Kuisyaratkan bahwa aku tak tahu apa-apa.

“Kalian berantem lagi?” Tanya Leeteuk.

Tak ada yang menjawab dari aku ataupun Hankyung hyung.

“Oh, tuhan. Ayolah..!!! Apa yang kalian permasalahkan sekarang? Eunlan lagi?” Tanya Leeteuk hyung yang ternyata sudah tahu keadaannnya.

“Dia tak mau percaya padaku hyung.” ujar Hankyung hyung.

Aku benar-benar kaget dan malas berdebat lagi.

“Tapi dia memang tak ada.” Ujarku kesal.

“Tapi dia ada. Kalian percaya padaku kan?” Tanya Hankyung hyung begitu memelas.

“Iya. Kami percaya padamu.” Ujar Yesung hyung berusaha menenangkan.

“Oh, yang benar saja.” Ujarku kesal sambil keluar dari ruangan itu dan membanting pintunya.

*******************************

Leeteuk hyung pun menyusulku dan menyuruhku untuk berhenti.

“Siwon, tunggu! Berhentilah dulu. Mari kita bicara!” ujarnya sambil setengah berlari.

“Ada apa lagi?” Tanyaku kesal sambil memberhentikan langkahku.

“Ayolah Siwonshii, pahami kondisinya. Lagipula dia kan soulmate’mu!” ujarnya.

“Tapi ia harus diingatkan. Ia tak bisa terus menerus hidup dengan bayang-bayang Eunlan. Dia harus menerima kenyataan bahwa Eunlan itu tak pernah ada.” Ujarku tegas.

“Tapi semua itu butuh proses. Ada waktunya.” Ujarnya sambil menyentuh pundakku.

“Oh, sudahlah.” Ujarku sambil menepis tangannya dan pergi meninggalkan.

Aku kesal sekali. Padahal maksudku kan baik. Aku sayang pada hyung. aku tak mau ia hidup dalam bayang-bayang Eunlan. Kulangkahkan kakiku ke basement. Kearah mobilku. Namun tiba-tiba tanganku ditarik seseorang.

“Maaf? Kau siwon.” Ujarnya.

Aku pun berbalik.

“Oh, syukurlah. Ternyata benar kau. Kau habis menjenguk Hankyung?” ujar umma Hankyung itu.

“Ah, ajumni! Anneyong hasseo.” Ujarku sesopan mungkin.

“Siapa yang menemani Hankyungshii?” Tanya ajumni.

“Ada Leeteuk hyung, Yesung Hyung dan Sungmin hyung. Sekarang aku mau pamit pulang ajumni.” ujarku.

“Tunggu dulu, bisakah kau kerumah kami sekarang? Sebentar lagi adik Hankyungshii pulang. Tak ada orang dirumah.” Ujarnya memohon padaku.

Aku kaget.

“Adik? Setahuku Hyung tak punya adik.” Ujarku heran.

Continue reading

1

I Love You Both [Part 5]

Hujan turun dengan derasnya, kami berteduh didepan minimarket Neorobang. Kyu memakaikan jaketnya padaku.

“Kyu, kau pakai saja, nanti kau sakit” ucapku seraya mengigil.

“Aku tau kau kedinginan, lebih baik aku yang sakit” jawabnya singkat.

Setelah 15 menit hujan mulai mereda, dan Kyu mengantarku pulang.

“Sampai jumpa besok Ri Jung~” pamit Kyu.

Tapi sebelum ia pergi, ia mengecup keningku lembut.

“Saranghaeyo~” sambungnya.

“Naddo Kyu..” balasku.

Aku masuk kerumah, “sepertinya Soe Chan Onnie masih ada dirumah” gumamku dalam hati.

Aku langsung naik kekamarku, mandi dan mengganti bajuku.

“aah.. Jungsoo ah~.. hen.. aah.. ohh” Sayup-sayup aku mulai mendengar desahan Soe Chan Onnie dikamar Oppa. “Masih sore, sudah melakukannya” pikirku.

Untuk mengalihkan perhatianku, kunyalakan komputer dan mengecek e-mailku. Sebenarnya aku masih kepikiran dengan Jongwoon Oppa. Tapi ternyata belum ada satupun e-mail darinya, akhirnya aku yang mengirim e-mail.

Mianhae Oppa..

From: shinrijung06

To     : shfly3424

Sunday, July 11, 2010 4:56 PM

Oppa, apa kau marah padaku?

Jeongmal mianhae Oppa, aku tidak bermaksud membuat Oppa marah.

Sore ini aku sudah berbaikkan dengannya.

Besok Appa dan Oemma pulang, berkunjunglah lagi kesini, tapi janji Oppa harus pamit padaku dulu jika mau pulang, arasseo? Hahaha.

Mail sent

Aku mematikan komputerku, dan merebahkan diriku diranjang. Aku berusaha beristirahat dengan suara berisik dari kamar Oppaku.

“Awas saja kalau mereka melakukannya semalaman lagi seperti waktu itu” ucapku jengkel.

***

Paginya aku terbangun oleh bunyi dari Hpku, aku membuka mataku dan membaca sms yang masuk.

From: Kyu Jagiya~

Monday, July 12, 2010 6:11 AM

Jagi~ apa kau sudah bangun?

Sepertinya hari ini aku tidak akan sekolah, aku sedikt demam.

Continue reading