Call You Mine [Part – 4]

Call You Mine – Part 4

Author            : @tyasung

Cast    : Kris (EXO M), Kim Jongdae (EXO M), Han Seon Kyu

Genre : Romance

Length : Chapter

Rating            : General

^^^^^^^^^^

 

“Kenapa kau menyembunyikannya dariku?”

“Menyembunyikan apa?”

“Your pregnancy.”

“Mworago?!”

……….

~Tiga setengah tahun yang lalu~

 

Kris’ POV

“Waktu berlalu sangat cepat, ya.”

Seon Kyu yang sedang mengatur buku-buku kesayangannya di rak buku menoleh ke arahku. “Apanya yang cepat?”

“Setengah tahun ini terasa cepat untukku.”

“Hm, aku rasa itu karena kau terlalu sibuk belajar. Am I right?

Aku hanya bergumam mengiyakannya. Memang kalau dipikir-pikir ujian akhir sekolah sangat menyita waktuku.

“Kris, bisa kau ambilkan aku minum? Kau hanya duduk di sana daritadi.”

“Arrasseo, arrasseo.” Aku berjalan ke dapur dan membuka kulkasnya, “Kau mau apa?” seruku dari dapur.

“Air putih atau apa sajalah. Aku haus sekali.”

Akhirnya aku kembali dengan segelas air putih dingin di tanganku. Saat itu juga Seon Kyu berdiri dan berbalik.

“Ah!”

Air dingin yang aku bawa tadi tumpah di kemeja kuningnya. Aku segera meletakkan gelas itu di meja dan mencarikannya tisu untuk mengeringkan bajunya.

“Cepat keringkan bajumu itu,” ujarku sembari menyodorinya kotak tisu.

“Aigo, kenapa bisa begini, sih…” Seon Kyu menggerutu sambil menggosok-gosokkan tisu di pakaiannya yang basah.

Aku sontak membalikkan badanku saat kemeja kuningnya itu menjadi semi transparan karena basah. Bukannya segera mengganti pakaiannya, Seon Kyu masih sibuk menggosokkan tisu di bajunya.

“Seon Kyu-ya, cepat ganti saja pakaianmu. Kalau tidak nanti kau akan masuk angin.”

“Sebentar lagi aku selesai. Nanti saja.”

Aku menoleh ke arah Seon Kyu yang sedang meneguk sisa air yang ada di gelas tadi tanpa mengkhawatirkan penampilannya sekarang sama sekali.

“Haah, bisa kau ambilkan lagi, Kris?” ia menyerahkan gelas kaca itu padaku. Aku kembali berjalan ke dapur dan mengisi gelasnya dengan air dingin.

“Ini,” ucapku di belakangnya.

Ia berbalik dan mengerutkan dahinya. “Kenapa jauh sekali, Kris?”

“Aku tidak mau kau menumpahkan minumanmu lagi, Seon Kyu-ya.”

Gadis berusia 18 tahun ini langsung tertawa setelah mendengar ucapanku tadi. Ia menghampiriku dan meraih gelas minumnya dari tanganku. “Gomawoyo.”

“Seon Kyu-ya, seperti apa aku di matamu?”

Seon Kyu berbalik menatapku heran dengan pertanyaanku yang tiba-tiba. “Wu Yifan, baik hati, pintar, pemalas, jahil, hmm, apa lagi, ya?”

“Baik-baik, aku mengerti. Haah… Biar aku ambilkan baju untukmu,” ujarku berjalan ke arah kamarnya.

“Andwae!” seru Seon Kyu langsung menahan tanganku yang akan membuka pintu kamarku.

“Waeyo?”

“Kau pikir apa yang akan kau temukan di dalam kamar seorang wanita?”

Eh? Aku hanya akan membuka lemari dan mengambilkanmu pakaian ganti, tidak lebih.”

Seon Kyu menggeleng lalu berjalan masuk ke kamarnya. Aku yang merasa gertakanku berhasil tersenyum puas saat ia menutup pintunya dengan sedikit keras.

……….

“Bagaimana kalau kita pergi minum?” tawarku pada Seon Kyu yang sedang merasa bosan di ruang tengah.

“Bukankah besok kau ada try out di sekolah?”

Aku menggaruk tengkukku sembari menghela napas berat. “Aku rasa aku sudah cukup belajar untuk minggu ini. Sekarang aku hanya ingin istirahat…”

“Kalau begitu pulanglah ke rumahmu, lagipula sekarang sudah pukul 8 malam.”

“Ya, sejak kapan seorang Han Seon Kyu menolak tawaran minum? Lagipula sekarang kan malam sabtu. Kau tidak bosan diam di rumah terus?”

“Ujian sebentar lagi, Kris.”

“Ah, come on, Seon Kyu-ya.”

Ia menggelengkan kepalanya lalu mendorongku ke arah pintu keluar. “Kita bisa pergi minum besok setelah kau pulang try out. Now, go home and take a rest.

“Haah… Arasseo, see you tomorrow, then.

Akhirnya aku mengalah dan pulang. Seon Kyu memang sedikit tegas belakangan ini. Ia menjadi sangat tegas jika berhubungan dengan urusan pendidikan. Entah mengapa hal itu tidak terceminkan dari kebiasannya keluar masuk ruang guru karena masalah sikapnya.

Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamarku tanpa menghiraukan abeoji yang sedang sibuk dengan wanita-wanitanya di kolam renang belakang. Dalam hatiku aku sangat bersyukur karena eomma tidak harus menyaksikan hal seperti ini.

Aku segera mandi dan menghiraukan segala sesuatu yang ada di rumah ini. Tinggal di rumah ini tidak pernah senyaman di apartemen Seon Kyu.

………..

“Hey! Bagaimana?”

Kakiku berlari kecil menghampiri Seon Kyu yang menunggu di gerbang sekolah.

“Begitulah. Aku rasa aku bisa mengerjakannya dengan mata terpejam…”

Seon Kyu menatapku, meremehkanku. “Apa kau sejenius itu?”

“Hahaha… Sepertinya kau tidak tahu siapa pemilik peringkat 3 besar di angkatanku.”

“Mwo? Apa itu kau?”

Aku mengangguk dengan bangganya, “Kemana saja kau selama ini sampai tidak tahu hal seperti itu…”

“Kenapa hanya peringkat tiga?”

Lagi-lagi tatapan meremehkan itu. Aku menjitak kepalanya pelan. “Kau sendiri masih saja di peringkat 20 besar, malah meremehkanku.”

“Haah… sudahlah, aku memang tidak sejenius dirimu, Tuan Wu.”

“Hahaha, ayo kita pergi minum!”

Dengan kecepatan penuh aku langsung mengendarai mobilku ke kedai minum langgananku. Saat kami turun tiba-tiba air muka Seon Kyu langsung berubah muram. Aku yang penasaran langsung menghampirinya.

“Gwaenchana?”

“Hm? Apa kau sering kemari?” tanya Seon Kyu tanpa mengalihkan pandangannya pada kedai tersebut.

Aku mengangguk. “Mereka sering memberi bonus—“

“Tumis ayam?” potong Seon Kyu yang sontak sedikit mengejutkanku.

“Kau sering kemari?” tanyaku singkat. Paman pemilik kedai ini biasanya hanya memberi bonus pada beberapa pelangganan tetapnya.

Pandangan Seon Kyu masih terpaku pada kedai ini. Aku tidak tahu apa yang sedang ada di pikirannya, tapi entah kenapa sepertinya ada seseuatu dengan tempat ini yang membuatnya bersikap seperti sekarang.

“Seon Kyu-ya? Ada apa?”

“Ani, kajja…” jawab Seon Kyu yang lalu menarik lengan bajuku berjalan masuk ke dalam kedai.

“Aah, Kris! Dan… Seon Kyu-ya?”

Sepertinya Seon Kyu benar-benar sering datang kemari. Aku lihat paman Jung, pemilik kedai minum ini tak asing lagi dengan kehadiran Seon Kyu.

“Annyeonghaseyo, ahjussi. Sudah lama tak bertemu, ya…”

“Hahaha, kau tidak berubah banyak selama dua tahun ini. Bagaimana kabarmu?”

“Aku baik. Ahjussi juga tidak ada bedanya, masih terlihat muda dan sehat.”

“Geuraeyo? Aku memang harus selalu sehat untuk menjalankan kedai ini. Ah, silakan duduk. Aku akan siapkan bonus kesukaan kalian.”

Paman Jung langsung  masuk ke dapurnya setelah mengedipkan matanya pada kami.

Seon Kyu berjalan ke bangku kosong yang tidak jauh dari meja kasir dan langsung duduk berpangku tangan. Rasa penasaranku yang sedari tadi masih belum terbayarkan akhirnya mendorongku untuk kembali bertanya pada gadis bermarga Han ini.

“Dua tahun lalu bukannya kau masih berusia 16 tahun?”

“Ye, aku pernah bekerja sambilan di kedai ini.”

“Jeongmalyo? Aku pikir kau sudah mulai minum sejak dua tahun lalu, haha…”

Ia tak bergeming mendengar candaanku yang sepertinya memang tak lucu barusan. Seon Kyu hanya sibuk memperhatikan pemandangan jalan raya dari balik jendela.

“Kau kenapa? Apa kau punya kenangan buruk dengan tempat ini?”

Tak lama setelah mendengar pertanyaanku barusan, Seon Kyu menghela napasnya berat. Hal itu tentunya membuat rasa penasaranku ini semakin besar.

“Dulu,” ucap Seon Kyu yang akhirnya membuka mulutnya. “Eomma pernah membawaku kemari. Aku yang saat itu masih tidak mengerti tempat apa ini akhirnya keluar dan duduk di depan kedai sampai ada seorang remaja laki-laki datang menghampiriku.”

Aku mengangguk mengerti mengisyaratkan Seon Kyu untuk terus bercerita.

“Hal pertama yang aku pikir saat melihatnya adalah ‘aku menyukainya.’ Ia duduk bersamaku dan entah kenapa tapi kehadirannya benar-benar berhasil membuatku tersenyum.”

“Ehm, jadi apa laki-laki ini adalah cinta pertamamu?” tanyaku mencoba mengorek informasi lebih dalam.

Seon Kyu tersenyum tipis. Terlihat kesedihan dari senyumannya. “Sayangnya begitu. Bisa dibilang aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya. Setelah mengetahui kalau laki-laki itu adalah pekerja part time di kedai ini, keesokan harinya aku kembali kemari dan memohon kepada paman Jung untuk bekerja di sini.”

“Kau ‘kan masih dibawah umur saat itu—“

“Karena aku tidak tega menolak anak manis ini, jadi akhirnya aku menerimanya untuk membantuku mencuci di dapur…” celetuk paman Jung yang datang membawakan kami dua botol soju dan dua porsi tumis ayam hangat.

“Ah, kamsahamnida, ahjussi,” ucapku menerima makanan kami dan meletakkannya di meja.

Paman Jung menarik sebuah kursi kosong untuk duduk bergabung bersama kami. Aku rasa pembicaraan ini akan menjadi lebih menarik.

Lelaki paruh baya ini menceritakan masa-masa part time Seon Kyu dulu dengan gayanya sendiri sehingga beberapa protes datang dari mulut Seon Kyu yang merasa kalau cerita paman Jung tidak sesuai dengan kenyataan.

Aku yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua hanya tertawa kecil karena paman Jung banyak menceritakan hal-hal lucu yang dilakukan oleh Seon Kyu muda. Aura suram yang terlihat  mengelilingi Seon Kyu saat kami datang kemari akhirnya menghilang.

Sayangnya suasana menyenangkan itu hanya sebentar sampai paman Jung menyebutkan sebuah nama. Nama seorang lelaki yang seketika berhasil menarik aura suram Seon Kyu kembali padanya.

“Ju Hyeok-ya, kami minta dua botol lagi!” seru salah satu pelanggan di sebrang ruangan.

“Nikmatilah makanan kalian,” ucap paman Jung yang lalu pergi sambil mengacungkan jempolnya pada pria tersebut.

Suasana diantara kami kembali sepi setelah paman Jung meninggalkan kami berdua.

“Kau mau nasi?” tanyaku mencoba berbasa-basi.

Seon Kyu hanya menggelengkan kepalanya tak bersemangat.

“Apa cinta pertamamu itu Kim Jongdae yang tadi disebut-sebut oleh ahjussi?”

“Begitulah. Tapi aku rasa tidak ada gunanya kalau memikirkan kenangan buruk di masa lalu.”

“Kenangan buruk?” tanyaku lagi semakin ingin tahu.

“Sudahlah, tak usah dipikirkan. Kita kemari untuk bersenang-senang, ‘kan? Cheers!

Aku yang akhirnya mengerti perasaan Seon Kyu hanya tersenyum dan menyambut gelasnya untuk bersulang. Mungkin suatu saat nanti Seon Kyu akan menceritakannya padaku, atau… aku akan tahu sendiri?

……….

Sesampainya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Waktu benar-benar terasa cepat jika kita merasa bahagia.

“Hyung, kau bau alkohol!” seru Jongin saat aku merangkul lehernya dari belakang.

Aku hanya tertawa geli saat adikku ini melepaskan tanganku dari lehernya.

“Kau belajarlah yang benar, jangan terus-terusan bermain game. Kau harus bisa sepertiku.”

Jongin mematikan video game console nya lalu menoleh ke arahku. “Aku hampir menyusul rankingmu, hyung! Tenang saja…”

You have to. You don’t want to disappoint uri abeoji, do you?

Yeah. Aku akan berusaha sebisaku,” jawab Jongin singkat yang kemudian berlalu masuk ke kamarnya.

Mungkin aku terlalu banyak minum. Ya, sepertinya memang aku sedang mabuk. Aku sangat tahu kalau Jongin paling tidak suka jika seseorang mulai membanding-bandingkan dirinya denganku. Aku yang sedang tidak mabuk tidak akan mengatakan hal-hal seperti barusan pada adik kesayanganku itu.

Sudah kuduga kalau lagi-lagi abeoji belum pulang dari “perjalanan bisnisnya” ke Cina. Apapun alasan “perjalan bisnisnya” itu, yang pasti aku tidak mau kalau rumah ini didatangi wanita-wanita yang mengaku kalau sedang mengandung anak dari abeoji.

Dua bulan lalu ada dua wanita sekaligus yang datang untuk meminta pertanggungjawaban abeoji atas kandungannya. Entah benar atau tidak tapi abeoji berhasil menang di pengadilan.

Mengingat kejadian itu, sekali lagi, aku bersyukur eomma telah tiada.

……….

~Empat bulan kemudian~

“Kau bolos pelajaran tambahan lagi? Ujian akhir sebentar lagi, Kris!”

Itulah reaksi yang aku dapatkan dari Seon Kyu saat aku memanggilnya ke gedung belakang sekolah.

“Aku hanya ingin merokok sebentar, Seon Kyu-ya.”

Seon Kyu menghela napasnya terlihat lelah dengan sikapku yang mungkin terlalu santai ini. “Kau mau?” tawarku menyodorkan sebatang rokok padanya.

“Ani, aku sedang tidak ingin merokok.”

“Ah, waeyo? Kau selalu begini jika sudah menyangkut masalah sekolah.”

“Kris, tujuanmu Universitas Seoul, ‘kan?”

Aku bergumam mengiyakannya.

“Jadi belajarlah yang serius!” seru Seon Kyu yang lalu menjitak kepalaku tiba-tiba.

“Aish. Ya! Ya! Apa yang barusan kau lakukan pada seonbaemu, Han Seon Kyu!”

Ia tidak menghiraukanku. Ia malah membuang mukanya tak mau menatapku.

“Baiklah, baiklah. Aku akan matikan rokokku dan kembali ke kelas. Kau puas, Seon Kyu-ya?”

Gadis keras kepala ini masih saja tidak merespon ucapanku. Aku bangkit dari dudukku lalu berjalan ke hadapannya.

“Jangan khawatirkan diriku. Aku akan belajar dengan keras dan memastikan namaku, Wu Yifan, akan tercantum pada daftar mahasiswa Universitas Seoul tahun ini.”

Seon Kyu mengangkat kepalanya dan menatapku. “Berjanjilah.”

“Hm, tentu saja kerja keras itu harus ada imbalannya, ‘kan?”

Seon Kyu menggerutu tak jelas. Terlihat sekali kalau ia sudah benar-benar pusing menghadapiku. “Arasseo! Aku akan mengabulkan apapun permintaanmu kalau kau berhasil masuk Universitas Seoul.”

“Jeongmalyo? Yes! Aku harus benar-benar memikirkan permintaan yang bagus… Hm, apa ya…”

Duk!

Lagi-lagi Seon Kyu mendaratkan jitakannya di kepalaku. Aku hanya bisa meringis kesakitan setelah menerimanya. “Waeyo…”

“Sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu, Yifan seonbae! Cepat kembali ke kelasmu atau aku akan pulang sendiri dan menarik ucapanku tadi.”

“Ya, ya. Kau akan cepat tua kalau marah-marah seperti itu, Seon Kyu-ya. Daagh~ tunggu aku di tempat biasa, ara?”

Akhirnya aku melangkahkan kakiku dengan malas ke gedung sekolah sampai aku dengan Seon Kyu memanggilku.

“Kris oppa, fighting~!

Aku yang tidak bisa menahan tawaku hanya terus berjalan sambil mengacungkan kedua jempolku untuk semangat yang ia berikan barusan.

……….

~Dua bulan kemudian~

 

Entah sudah ke berapa kalinya aku mengecek pesan dan panggilan masuk di ponselku tapi Seon Kyu masih belum menghubungiku. Ia mengabaikan semua panggilan dan pesan singkatku. Ia bahkan mengganti password pintu apartemennya.

<Kita akan bertemu lagi di upacara kelulusanmu nanti. Fighting~!>

Itulah pesan terakhir yang aku terima sebulan yang lalu darinya. Namun apa yang aku dapatkan sekarang? Upacara kelulusan sudah hampir berakhir tapi gadis itu sama sekali belum menampakan batang hidungnya.

“Hyung!” Jongin menepuk pundakku dari belakang. “Aku dan abeoji akan pulang sekarang. Bagimana denganmu?”

Aku menggelengkan kepalaku setelah melihat jam tanganku yang baru menunjukkan pukul dua siang. Aku berencana untuk menunggu Seon Kyu sampai pukul tiga.

“Baiklah, kami akan pulang duluan…”

Tak lama setelah mobil abeoji pergi, aku masuk ke mobilku dan menunggu di mobil karena cuaca hari ini cukup dingin.

DRRT DRRT DRRT

Seon Kyu-Han Calling…

“Seon Kyu-ya, odiya?”

Ah, mianhaeyo, Kris. Aku di rumah dan sepertinya tidak bisa ke upacara kelulusanmu…

“Waeyo? You okay?

“Am okay. Hanya saja…

Tut Tut Tut Tut

Aku menatap layar ponselku kosong. Tanpa pikir panjang aku langsung kembali menghubungi Seon Kyu.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif—

“Sial! Sebenarnya ada apa dengannya?” gerutuku kesal. Aku langsung menyalakan mesin mobilku dan melaju dengan kecepatan penuh menuju apartemen Seon Kyu.

Sesampainya di depan pintu apartemennya, aku baru teringat kalau Seon Kyu telah merubah password pintu ini. Beberapa kali aku menekan bel dan mengetuk pintu tapi tak ada jawaban. Aku yang akhirnya tak bisa bersabar lagi mencoba memasukkan password lama, dan… klik! Kunci terbuka.

Aku menyimpan rasa penasaranku pada kunci apartemen Seon Kyu dan langsung mencarinya ke dalam.

“Seon Kyu-ya? Kau dimana?” ucapku sambil meraba-raba tembok mencari tombol lampu karena disini sangat gelap.

Pik! Lampu menyala.

Surprise~!!

Tiba-tiba taburan potongan kertas mengkilap menghujaniku. Seon Kyu mengejutkanku dengan kemunculannya dari balik tembok setelah aku menghidupkan lampu.

Happy Graduation?” aku membaca deretan huruf yang tertempel di dinding.

“Kau tidak senang?” tanya Seon Kyu cemberut. Aku melipat tanganku di dada dan menghela napas berat.

“Kris, waeyo?”

Aku melirik Seon Kyu yang sekarang benar-benar terlihat kebingungan lalu tersenyum.

“Kau menyiapkan semua ini untukku?”

Seon Kyu mengangguk, “Tentu saja. Memangnya siapa lagi yang lulus hari ini?”

“Kau selamat.”

“Mwo?”

“Nyaris saja aku akan memarahimu karena sikapmu sebulan ini. Tapi, setelah melihat ini, aku akan mempertimbangkannya…”

“Ah, kalau begitu aku akan membersihkan semuanya sekarang…” balas Seon Kyu yang kemudian berlutut memunguti kertas-kertas tadi yang berceceran di lantai.

“Ya, kenapa kau membereskannya?”

Ia hanya melirikku sebal lalu menghela napasnya.

“Aigoya, aku hanya bercanda. Kau memang benar-benar membuatku kesal sekaligus khawatir sebulan ini, tapi hari ini semuanya lenyap begitu saja saat aku masuk tadi.”

Seon Kyu masih tak menjawab dan masih membersihkan kertas-kertas di lantai.

“Han Seon Kyu,” ucapku yang kemudian menarik tangannya untuk berdiri. “Gomawoyo. Seandainya kau tahu betapa senangnya aku sekarang.”

Tak lama sebuah senyuman mengembang di bibir gadis berambut ikal ini. Tanpa sadar kedua tanganku meraih pundaknya dan memeluknya.

“Nah, bagaimana dengan hasil ujian masuk Universitas Seoulmu?” tanya Seon Kyu setelah melepaskan pelukanku.

“Kenapa kau selalu mengingatnya, sih?” protesku sembari merogoh tasku mencari amplop berisi surat pengumuman.

“Bagaimana isinya? Apa kau diterima?”

Aku mengangkat kedua bahuku, “Molla-yo. Aku belum membukanya.”

Seon Kyu mengembalikan amplop itu padaku. “Bukalah.”

“Kenapa aku?”

“Karena kau pemilik amplop ini, Kris. Haah, aku ragu kenapa kau bisa mendapatkan rangking di sekolah…”

Aku tertawa kecil mendengar ucapan Seon Kyu lalu membuka amplop tersebut dan membaca tulisan yang tertera pada kertas pengumuman.

“Bagaimana? Bagaimana?”

“Kau harus mengabulkan permintaanku, Seon Kyu-ya, hahaha,” jawabku seraya menunjukkan kertas itu padanya.

Ia mengambilnya dariku dan membacanya dengan seksama. “Diterima…! Kau benar-benar jenius Wu Yifan!”

I told you! Hahaha, jadi, bagaimana dengan permintaanku?”

“Bukankah sebaiknya kita rayakan dulu? Ju Hyeok ahjussi pasti akan member kita bonus spesial!”

“Baiklah, baiklah… aku yang traktir!”

……….

Cheers!

Ting! Bunyi gelas soju kami yang beradu semakin memeriahkan perayaan kecil kami.

“Aigo, aigo. Kau sudah benar-benar dewasa sekarang. Ah, omong-omong kemana temanmu Chanyeol?”

“Ah, dia masih di Jepang. Aku tidak tahu kapan dia akan ke Korea, tapi jika saat itu datang, aku akan membawanya kemari.”

Paman Jung mengangguk mengerti lalu kembali ke dapur setelah meletakkan dua botol soju di meja kami.

“Siapa Chanyeol?” tanya Seon Kyu setelah meneguk sojunya.

“Park Chanyeol satu-satunya teman baikku di sekolah. Dia pindah ke Jepang saat kenaikan kelas tiga. Dialah yang mengenalkan aku kedai ini.”

“Hm, jadi, apa aku bukan teman terbaikmu?”

Pertanyaan itu langsung membuatku terdiam. Harusnya jawaban ‘tentu saja!’, ‘ya,’ dan jawaban mengiyakan lainnya bisa keluar dengan mudah dari mulutku, tapi entah kenapa rasanya lidahku kaku tak bisa bergerak.

“Tentu, kau juga teman terbaikku, Seon Kyu-ya,” ucapku akhirnya setelah terdiam beberapa saat.

“Han Seon Kyu?”

Seon Kyu langsung menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.

“Jongdae oppa?” ujarnya tak percaya.

Aku yang tadi tidak peduli langsung membalikkan tubuhku saat aku tahu Jongdae—cinta pertama Seon Kyu yang memanggilnya barusan. Kesan pertamaku pada pria ini adalah biasa saja. Dia terlihat bukan seperti laki-laki yang bisa menyakiti hati Seon Kyu, tapi apa yang membuat Seon Kyu selalu terlihat sedih saat membicarakannya?

“Ah, sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya pria yang bernama lengkap Kim Jongdae ini sembari menghampiri kami.

“Aku… baik-baik saja. Bagaimana dengan oppa? Ah, kenalkan ini Kris, seniorku di SMA. Kris, ini Jongdae oppa.”

Aku berdiri dari dudukku dan menyambut jabatan tangannya.

“Senang bertemu dengan kalian. Apa kau kembali bekerja disini?”

“Ani, aku hanya sekedar minum disini. Oppa sendiri?”

Jongdae menggaruk tengkuknya terlihat sedikit tidak nyaman di mataku. “Hari ini aku berencana untuk minum saja dengan temanku, tapi bekerja kembali disini bukanlah pilihan yang buruk.”

“Haha, kau benar, oppa…”

By the way, I love your long hair, Seon Kyu-ya.”

Lelaki yang sepertinya seorang mahasiswa ini membelai rambut Seon Kyu, dan hal itu sepertinya cukup membuat Seon Kyu salah tingkah terlihat dari wajahnya yang memerah. ‘Apa-apaan ini?’

“Jongdae-ya~!”

Tiba-tiba seorang wanita seusianya menghampiri kami. Ia langsung mengaitkan tangannya di lengan Jongdae. Hal ini membuatku berkesimpulan bahwa wanita ini bukanlah sekedar temannya.

“Mi Rae-ya, kenalkan ini Han Seon Kyu dan temannya Kris. Seon Kyu adalah partner bekerjaku disini dulu.”

“Jongdae-ya!” seru paman Jung saat keluar dari dapurnya. Jongdae melambaikan tangannya dan berlari kecil ke arah paman Jung.

Gadis bernama Mi Rae ini tersenyum ramah padaku, tapi tidak pada Seon Kyu. Mi Rae menjulurkan tangannya pada Seon Kyu. “Song Mi Rae. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Han Seon Kyu-ssi. Jongdae sering sekali menceritakan tentang dirimu.”

Seon Kyu menerima jabatan tangannya dan tersenyum canggung. “Geuraeyo? Haha, apa dia berkata yang baik-baik tentangku?”

“Sayangnya… Ya.”

Uacapannya barusan membuatku semakin heran dengan apa yang ada di kepala wanita ini sehingga ia terlihat sangat membenci Seon Kyu.

“Bolehkah kami bergabung dengan kalian?” tanya Jongdae sekembalinya ia dari dapur. Ia langsung menarik dua buah kursi untuknya dan Mi Rae. Yang jadi masalah untukku sekarang, kenapa ia harus duduk bersebelahan dengan Seon Kyu?

Tiga jam telah berlalu. Kami bercerita banyak tentang diri kami masing-masing. Tidak, bukan benar-benar kami, tapi obrolan ini sepertinya didominasi oleh kenangan mereka berdua, Seon Kyu dan Jongdae.

“Mi Rae-ssi… heuk… apa kau tahu posisi kesukaan Jongdae saat sedang… heuk… bercinta…? Heuk!”

Suara Seon Kyu yang saat itu lumayan besar untuk didengar oleh seluruh pengunjung kedai langsung membuat semua mata tertuju pada kami. Kami bertiga—terutama aku seketika terdiam saat mendengar celetukan mabuk Seon Kyu.

“Seon Kyu-ya, sepertinya kau minum terlalu banyak. Sebaiknya aku akan mengantarmu pulang sekarang…” ucapku meraih gelas soju dari tangannya.

Jongdae yang terlihat sedikit panik akhirnya menganggukkan kepalanya setuju. Sangat banyak hal yang ingin aku ketahui, tapi sayangnya hari ini bukanlah saatnya.

Seon Kyu masih belum berdiri dari kursinya, sedangkan aku mulai mendengar beberapa orang berbisik-bisik sambil menghujankan tatapan tak percayanya pada kami. Akhirnya aku memutuskan untuk menggendong Seon Kyu keluar dari kedai secara paksa dan membawanya ke mobil.

Setelah aku kembali dari kedai untuk membayar, Jongdae menghentikanku. Ia menarik napas lalu membuangnya secara perlahan.

“Kau akan menjaganya, ‘kan?”

“Tentu saja. Much better than you did.

……….

Author’s POV

Sangat sulit untuk berkonsentrasi menyetir selama perjalanan pulang tadi. Seon Kyu tak henti-hentinya menangisi suatu hal yang sepertinya berhubungan dengan Jongdae. Kris merasa kalau pertemuannya dengan Jongdae barusan membuka luka lama yang sudah susah payah ia tutup.

“Minum ini,” ujar Kris sembari memberinya segelas air putih dingin. “Sekarang, tenangkan dirimu.”

Seon Kyu meminum air dingin tersebut sampai habis tak tersisa dan mengembalikan gelas kosongnya pada Kris.

I loved him so much.

I know that.

“Apa bagusnya gadis itu, Kris?” Seon Kyu mulai meracau dan kembali terisak.

Lelaki bertubuh tinggi itu tak tahu harus menjawab apa dan hanya menggeleng. “Sudahlah, sebaiknya kau tidur sekarang.”

“Shireo-yo! Aku harus meminta kembali apa yang telah aku berikan padanya dulu!” Semuanya…”

Tangisan Seon Kyu semakin keras dan hal itu semakin membuat Kris bingung. Jujur saja Kris tak pernah melihat Seon Kyu mabuk sampai seperti ini.

“Tenanglah. Aku ada disini, bersamamu, Seon Kyu-ya,” ucap Kris berusaha menenangkannya. Kris meraih kedua tangannya dan menariknya ke dalam pelukannya.

Berbeda dengan tadi siang, kali ini Seon Kyu membalas pelukan dan menangis sejadi-jadinya di dadanya. “Berjanjilah… Kau tidak akan meninggalkanku, Kris…”

“Tentu, tentu. Aku berjanji…”

“Maafkan aku. Aku merusak perayaan kelulusanmu…” ujarnya yang sepertinya sudah bisa mengendalikan tangisannya.

“Aniya, kau sama sekali tak merusaknya…”

Ia lalu melepaskan pelukan Kris darinya, mengusap kedua matanya dengan lengan jaket yang ia kenakan dan menatap teman baiknya ini. “Apa permintaanmu, Kris?”

“Aku…”

‘Apa aku harus mengatakannya? Mengatakan apa yang benar-benar aku inginkan?’

Hal itu terus berputar di kepala Kris yang sejak tadi menahannya.

I want you,” jawab Kris akhirnya. Entah sejak kapan perasaan ini muncul, yang pasti dirinyalah satu-satunya yang Kris inginkan. Perasaan menyukainya, menyanyanginya dan mencintainya sudah tidak bisa ia tahan lagi.

Seon Kyu tidak merespon, begitupun dengan Kris yang tidak menambahkan ucapannya barusan.

Untuk beberapa saat mata mereka bertatapan dan entah mengapa hal ini membuat rasa ingin memiliki Seon Kyu semakin dalam sehingga Kris memberanikan dirinya untuk mengecup bibir gadis yang sudah ia kenal selama setahun ini.

Basah. Itu hal pertama yang Kris rasakan saat menyentuh bibirnya. Air matanya kembali mengalir dan Kris langsung menghentikan ciumannya.

“Maafkan aku…” ucap Kris yang lalu menyeka air matanya.

Seon Kyu menatap Kris dengan mata bengkaknya dan mengejutkannya dengan ciumannya yang panas. Otak Kris yang seakan-akan mati membuat tubuh dan perasaannya bekerja.

Kris membalas ciumannya yang semakin lama semakin memanas.

Can I?” tanya Kris yang sepertinya sudah tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk menyentuh Seon Kyu.

Gadis itu mengangguk mengizinkan Kris untuk memilikinya malam itu.

……….

Kris terbangun dengan sinar matahari dari jendela kamar Seon Kyu yang langsung menusuk matanya. Ia mengucek matanya pelan dan akhirnya tersadar sepenuhnya. Tersadar akan apa yang telah terjadi semalam di kamar Seon Kyu.

“Kris, apa kau sudah bangun?” tanya Seon Kyu dari balik pintu kamarnya.

“Ah, ye!” sahut Kris yang lalu berlari ke arah kamar mandi.

I prepared you breakfast.

“Ya, aku akan keluar sebentar lagi!”

Tak lama Kris keluar kamar dengan pakaian lengkapnya. Ia berjalan ke dapur dimana Seon Kyu berada dan berdeham.

“Ah, aku membuatkanmu nasi goreng kimchi untukmu.”

Kris duduk di meja makan dan mulai menyantap sarapannya. Canggung. Itulah yang Kris rasakan mengingat apa yang telah ia lakukan bersama Seon Kyu semalam. Saat itu juga Seon Kyu duduk di hadapannya sambil meminum segelas susu.

You were great last night.

“PUHHH.”

Kris menyemburkan isi mulutnya setelah mendengar ucapan Seon Kyu barusan.

Sorry, sorry,” ujar Kris sembari membersihkan keceran nasi di meja makan.

Seon Kyu tertawa lepas melihat tingkah Kris. “Nah, it’s okay, Kris.”

“Akhirnya kau tertawa lagi…”

“Tentu saja. Sampai kapan aku harus bersedih terus?”

“Jadi… Kalau aku boleh tahu, apa yang membuatmu sedih seperti semalam?”

Seon Kyu meletakkan gelas kosongnya di atas meja dan menyulut sebatang rokok.

“Yah, he was the one I trust. He was my first love, my first boyfriend and I also gave my first sex with him.

“Ah, it explains everything. Lalu, apa yang membuat kalian berpisah?”

“Aku tidak tahu jelasnya. Dia hanya menitipkan sepucuk surat pada Ju Hyeok ahjussi dan menghilang begitu saja…”

“Apa isi suratnya?”

I’m not the one you’re looking for. You deserve more than me. Sorry, I will always love you. Kim Jongdae.

“Seandainya aku tahu kalau ia meninggalkanmu dengan cara pengecut seperti itu, aku sudah memukulnya semalam.”

“Hahaha, sudahlah. Aku memang payah sebagai seorang kekasih. Mungkin hal itulah yang membuatnya meninggalkanku.”

I don’t think so…

Because you’re not my boyfriend, Kris, hahaha…”

Kris tak menjawab apapun dan kembali melanjutkan sarapannya. Ia tahu benar kalau kata-kata Seon Kyu barusan menusuk hatinya begitu saja.

“Ah, by the way, I really enjoyed last night. Now, what if we make a deal?

“Hm? What deal?

Friends-with-benefit!

Using each other for sex?

Seon Kyu mengangguk dengan semangat, “Tapi dengan beberapa aturan tentunya…”

What is it?

“Karena hubungan ini tidak didasari dengan perasaan, jadi tidak boleh adanya pertengkaran, cemburu, dan larangan-larangan untuk bertemu lawan jenis.”

Untuk beberapa saat Kris terdiam berpikir. Keraguan sempat muncul di kepalanya, tapi langsung ia tepis begitu saja mengingat hal itu bisa membuatnya selalu bersama Seon Kyu walaupun dalam jangka waktu yang tidak pasti.

Okay, then.

“Ah, ya, satu lagi! No sex without protection. I don’t want to get pregnant. I hate kids dan apapun yang datang sebelum atau sesudahnya.”

Kris menganggukkan kepalanya tanda penyanggupan syarat-syarat yang diajukan Seon Kyu. “Hahaha, aku berjanji I won’t get you pregnant until you want to.

Deal!

 

~TBC~

Akhirnya jadi juga part 4 😀 satu-satunya yang bikin part 4 ini lama beresnya adalah sebagian besar dari part ini dibuat dalam sudut pandang Kris yang gatau kenapa bisa jadi lebih susah dibanding apapun *lebay*

Okelah selamat membaca dan seperti biasa harap tinggalkan kritik dan saran yang mungkin berhubungan dengan sudut pandang Kris di part ini. Gomawoyo~ *bow* 😀

9 thoughts on “Call You Mine [Part – 4]

Leave a comment