Painful Love [Part 2/2 No NC]

Ye Rin’s POV

Pukul 10.00 PM…

Aigo~ teganya ia menyuruhku menunggunya sampai semalam ini. Haah.. sebaiknya aku tidur saja.

Aku berdiri lalu berjalan kearah kamarku.

Cklek. Tiba-tiba aku dengar pintu terbuka.

“ya! Kemana saja kau?” tanyaku kesal melihatnya pulang malam dalam keadaan mabuk lagi.

Ia menggerutu tak jelas sambil berjalan kearahku. Tubuhnya bau alkohol. “aish, cepat ganti pakaianmu Hyuk Jae-ssi!” ia tidak mendengarkan perkataanku tapi malah berjalan semakin mendekat.

“ya! Mau ap—“ ia mengecup bibirku lembut, tapi terasa sangat berbeda dengan ciumannya yang pertama dulu.

“bisakah kau diam? Apa aku tidak boleh bersenang-senang dihari ulang tahunku sendiri?”

Mwo, ulang tahun? Aigoo! Aku lupa kalau hari ini sudah tanggal 4 April! “Hyuk Jae-ssi, saengil chukkae~ mianhae aku tidak menyiapkan apapun untukmu”

Ia menatapku, “geurae, maukah kau menemaniku minum?” ucapnya seraya mengangkat tangan kirinya yang membawa tas belanjaan yang berisi beberapa botol soju.

“tapi aku rasa kau sudah terlalu banyak minum”

“sst.. hari ini ulang tahunku”

Aku menghela nafasku menyerah, “baiklah..”

+++

Pukul 10.45 PM…

“ya~! Aku rasa sudah cukup minumnya..” ucapku yang sudah mulai kehilangan kesadaranku sedikit demi sedikit.

Ia menggeleng, “ingat? Hari ini ulang tahunku..” elaknya sambil menuangkan soju kedalam gelaku lagi.

“aish.. ini sudah botol ke 5 kita.. Hyuk Jae-ssi..”

Kuteguk habis soju digelasku, “haah.. sudah. Aku lelah~” aku benamkan kepalaku diantara tanganku diatas meja.

Tiba-tiba aku merasa ada yang meraba tanganku. Kuangkat kepalaku dan ternyata Hyuk Jae yang melakukannya. Ia menggenggam tanganku, mendekatkan tubuhnya, wajahnya lalu bibirnya mengecup pelan bibirku. “aku harap kau tidak menangis lagi kali ini”

Anehnya kali ini aku tidak menolaknya, bahkan aku menganggukkan kepalaku, pasti ini pengaruh dari alkohol.

Ia menciumku lagi. Ciumannya terasa sangat lembut. Jujur saja aku menikmatinya.

+++

Hyuk Jae’s POV

Kujatuhkan tubuhku diatas tubuhnya. Bisa kurasakan detak jantungnya yang berdetak dengan cepat dan juga nafasnya yang terhembus keleherku.

“Hyuk..” panggilnya.

“hm?”

“kau.. berat”

Aku langsung bangun dan membantunya duduk. “mianhae Ye Rin-ah”

Ia duduk dan mengatur nafasnya. “michyeosseo-yo?”

“mwo?” tanyaku heran.

“apa kau gila? Apa kau tahu apa yang barusan kau lakukan kepadaku?!”

Nada suaranya memang terdengar sangat marah, tapi aku lihat wajahnya selama permainan tadi ia terlihat sangat menikmatinya. “gomawoyo..”

Ia mengerutkan keningnya, “wae?”

“kau telah memberikan hadiah terbaik seumur hidupku” jawabku tersenyum tulus. Aku memang harus berterimakasih padanya.

Ia menundukkan kepalanya. Aku dengar ia terisak.

“ya! Wae.. waeyo?” aku kembali panik karena tangisannya yang selalu mendadak.

Ia menggeleng, memunguti pakaiannya yang berserakan dilantai lalu pergi meninggalkanku.

Aku lihat ada bercak darah disofa putihku. “mwo?! Apa ia menangis karena aku merenggut keperawannya?!”

Aish, kenapa ia tidak menolakku? Dan kenapa aku bisa tertarik padanya? Ah ya, entah kenapa saat melihat kalung yang ia gunakan, aku merasa benar-benar dekat dengannya, bukan secara fisik melainkan hati.

+++

Ye Rin’s POV

“kau telah memberikan hadiah terbaik seumur hidupku” ucapan itulah yang membuatku menangis. Ia pernah mengucapkan hal itu saat aku memberinya sebuah buku harianku yang berisi semua tulisanku tentang dirinya untuk hadiah ulangtahunnya yang ke-12 dulu.

Setelah kejadian itu hubunganku dengan Hyuk Jae menjadi lebih dekat, tapi aku tidak pernah berharap lebih dari kedekatan kami sekarang, karena sikap buruknya ternyata belum hilang.

Kenyataan yang pahit untukku. Kenyataan kalau saat malam itu aku hanya menjadi wanita penghiburnya sementara. Ia kembali pulang dengan membawa wanita untuk dijadikan ‘penghibur’ malam untuknya dan sayangnya, hal ini tidak pernah membuatku melenyapkan perasaanku padanya.

“Hyuk-ssi..” panggilku saat ia sedang menonton tv.

Ia hanya bergumam menanggapi.

“kau mau apa untuk makan malam?”

“apapun yang kau masak aku akan makan.. kecuali ramyun, aku sedang tidak ingin makan ramyun” jawabnya tanpa menatapku sama sekali.

Aku menghela nafas sebal karena didapur hanya ada ramyun dan itu berarti aku diharuskan untuk belanja.

“geurae, aku pergi belanja sekarang..”

Tiba-tiba ia menahan tanganku dari sofa tempat ia duduk. “waeyo?” tanyaku datar.

“aku ingin mengantarmu”

“shireo. Aku tidak mau dikejar-kejar oleh fans-mu lagi”

“jebal Ye Rin-ah~ aku berjanji akan menyamar dengan baik dan tidak akan pergi sendiri lagi” pintanya memohon.

“haah.. baiklah, tapi kalau sesuatu terjadi aku aka—“

“kau cerewet sekali, jagiya~” ucapnya setelah memotong perkataanku dengan kecupan singkatnya.

Aku menundukkan kepalaku. Wajahku pasti sangat merah sekarang. Ia memanggilku ‘jagiya’ barusan! Apa ini mimpi? Aih~ pasti ia juga memanggil semua yeoja dengan sebutan itu.

Kami datang kesebuah mini market dekat rumah, karena setelah aku tanya berkali-kali akhirnya ia menjawab ingin ddokbokki untuk makan malam.

Aneh. Ia menggenggam tanganku selama kami belanja. Ia bilang, “ini hanya sebagian dari penyamaranku. Tidak mungkin kan seorang Lee Hyuk Jae berbelanja ke mini market bersama wanita biasa sepertimu?”

“mwo? Ini hanya mini market Hyuk-ssi. Lagipula kenapa kau tidak menunggu dimobil saja?” ucapku sedikit kesal.

“… itu… apa kau mau bertanggung jawab jika seseorang menculikku diluar?” jawabnya tak mau kalah.

“aigoo.. sudahlah kalau begitu silahkan pulang duluan, aku bisa berjalan kaki pulang” kataku lalu melepaskan genggamannya.

Akhirnya ia pergi keluar dan aku berbelanja sendirian. Kadang aku tidak bisa mengerti sikapnya yang terbilang liar dan sikapnya yang sering mendadak manis.

Seselesainya aku belanja dan membayar semua belanjaanku, kulangkahkan kakiku keluar dan menemukan mobil Hyuk Jae yang masih terparkir didepan mini market. “apa ia menungguku?” gumamku heran.

Aku hampiri mobilnya dan mengetuk kaca mobilnya dan melihatnya sedang terlelap. Wajahnya saat tidur tidak berubah, sangat manis beda sekali dengan sifatnya saat sedang mabuk.

Setelah lama mengetuk jendela mobilnya dan ia sama sekali tak terbangun, aku putuskan untuk menghubungi ponselnya yang sepertinya tak ia bawa.

“haah.. sebaiknya aku pulang duluan saja dan segera memasak makan malam untuknya”

+++

Hyuk Jae’s POV

“whoaam~” aku lihat keadaan luar sudah gelap. Kulihat jam ternyata sudah pukul 7.34 PM. Aigo, kemana Ye Rin?! Segera ku keluar dari mobil lalu berlari kedalam mini market.

Kulihat sekeliling hanya terdapat ibu-ibu yang memperhatikanku. Aish aku lupa. Aku melepas semua penyamaranku tadi dimobil. Aku segera berlari keluar dan mengendarai mobilku kerumah.

“yak! Ye Rin-ah kenapa kau meninggalkan aku di mini market tadi siang?!” sahutku marah.

“siapa suruh tidur dalam mobil yang terkunci tanpa membawa ponsel? Aku sudah berusaha membangunkanmu” jawabnya sembari menyiapkan makanan dimeja makan.

“kenapa kau tidak menunggu sampai aku bangun?!” protesku lagi.

Ia mendengus kesal, “apa kau mau aku diam disitu sampai semalam ini? Kau juga pasti akan marah kalau kau pulang tapi makan malam belum siap. Sudahlah sekarang cep—“

Tiba-tiba ia membekap mulutnya dengan tangannya sendiri dan berlari kearah kamar mandi. Aku yang penasaran lalu mengikutinya.

“hoeeek.. hoek..”

“Ye Rin-ah, gwaenchanayo?” tanyaku khawatir.

“ye.. Gwaenchana, aku hanya merasa mual sedari tadi siang. Mungkin karena belum makan sama seka—“ ia kembali berlari masuk ke kamar mandi dan muntah lagi.

“bagaimana kalau kita ke dokter?” tawarku padanya saat keluar dari kamar mandi. Entah kenapa aku sangat mengkhawatirkannya padahal ia hanyalah seorang housekeeper dirumah ini.

Ia menggeleng, “nan gwaenchana Hyuk-ssi, hanya masuk angin biasa jangan dilebih-lebihkan. Lagipula apa kata orang nanti kalau melihatmu pergi kedokter bersama wanita biasa seperti aku?”

‘sial, ia membalikkan kata-kataku’ batinku.

“baiklah, ayo kita makan”

Aku memperhatikannya dari tempatku duduk. Sedari tadi ia hanya memainkan makanannya, sama sekali tak memakannya.

“Rin-ah..”

“ye?”

“kenapa kau tidak memakan makananmu?”

“ani, aku hanya merasa tidak lapar dan mulutku terasa pahit”

Aku menghampirinya dan meletakkan punggung tanganku di dahinya. “badanmu sedikit demam”

Aku lihat wajahnya memerah. “sebaiknya kita ke dokter” sambungku.

Ia menggeleng lagi, “aku hanya kelelahan. Istirahat, itulah yang aku butuhkan sekarang” ucapnya lalu berdiri dan berjalan kekamarnya. Yah, mungkin ia memang hanya butuh istirahat.

Keesokan harinya ia memang sudah terlihat baikan, tapi ia masih sering keluar-masuk kamar mandi untuk muntah. Akan aku belikan obat saat pulang nanti.

+++

Ye Rin’s POV

Sebenarnya ada apa denganku? Apa sebaiknya aku menuruti perkataan Hyuk untuk pergi ke dokter?

Akhirnya setelah Hyuk berangkat kerja, aku pun berangkat ke dokter seorang diri. Aku sengaja tak mengatakan niatku padanya. Kalau aku bilang pasti ia akan memaksa untuk mengantarku lagi dan pekerjaannya akan terbengkalai.

Selama menunggu hasil, aku berjalan-jalan keliling rumah sakit. Kakikku berhenti dibagian persalinan, tepatnya didepan ruang bayi yang baru lahir. Tiba-tiba aku berpikir, bagaimana kalau aku hamil? Seingatku Hyuk melakukannya tanpa pengaman.

Tanggal bulananku memang sudah lewat, tapi aku pikir terlambat beberapa hari memang wajar. Tunggu, kami melakukannya hampir sebulan yang lalu, sedangkan aku sudah terlambat haid selama seminggu. Sebelum aku melihat hasil dari dokter, aku tidak boleh berpikiran macam-macam.

“Park Ye Rin-ssi..” panggil suster. Aku segera menghampirinya lalu mengambil hasil tes-ku.

Kubuka dengan hati-hati amplopnya, dan mencerna kata demi kata yang tercetak dilembaran itu. Sampai kehasil dan disitu tertulis POSITIF HAMIL. Benarkah? Apa aku harus senang atau sedih? Aku sangat yakin kalau anak ini adalah anak dari Lee Hyuk Jae seseorang yang aku sayang dan cintai, tapi bagaimana kalau ia sama sekali tidak mau mengakuinya?

Aku pulang dengan perasaan cemas. Apa aku berhenti saja dan kembali ke Mokpo?

“Ye Rin-ah~! Aku pulaang~” sahut Hyuk dari pintu depan. Sebisa mungkin aku bersikap biasa.

“aku membawa obat untukmu dan kemarilah, aku mau mengenalkan seseorang padamu” ucapnya sambil menggandeng seorang yeoja cantik yang setahuku adalah model yang sedang naik daun.

“annyeong Ye Rin-ssi, Shin Ri Jung imnida”  ucapnya sambil tesenyum ramah.

“dan kau tau? Kami akan menikah minggu depan!” sambungnya girang. Terlihat sekali kebahagian terpancar dari wajah keduanya.

Entah apa yang aku rasakan saat mendengar ucapan Hyuk barusan, yang aku rasakan hanya mata yang memanas dan air mata mulai mengalir dari kedua mataku.

“Ye Rin-ah, waeyo?” tanya Hyuk menghampiriku. Aku menggeleng, “ani, aku hanya senang atas pernikahan kalian”

“jinjjayo? Gomawo Rin-ah. Kau memang sahabat terbaikku” ucapnya lalu memelukku. Air mataku semakin menderas saat mendengar ucapannya barusan.

+++

Hyuk Jae’s POV

“jinjjayo? Gomawo Rin-ah. Kau memang sahabat terbaikku” aku memeluknya dan entah kenapa tangisannya semakin menjadi.

“Hyuk-ssi, aku berhenti”

Aku melepaskan pelukanku dan menatapnya, “apa? Apa yang kau ucapkan barusan?”

“aku berhenti” ulangnya.

Aku mengerutkan keningku, “tapi kenapa?”

“kau akan menikah dan sudah bukan kewajibanku lagi untuk mengurusmu” jawabnya masih terisak.

Aku terkekeh pelan, “kau pasti bercanda, bukan?”

“aniyo, sama sekali tidak. Aku serius”

“aku memang akan menikah, tapi bukan berarti kau harus berhenti bukan?”

“ah ya, Oemma. Oemma-ku tadi menghubungiku, ia baru membuka toko disana, dan aku dimintainya pulang” ia terus beralasan, tapi aku yakin semua alasannya itu tidak ada yang benar.

Aku menghela nafas pasrah, sepertinya ia memang ingin pergi. “baiklah, tapi kau harus berjanji untuk datang ke pernikahanku nanti, arachi?”

Ia hanya tersenyum, senyum yang dipaksakan. “ah ye, malam ini aku tidak akan makan dirumah, apa kau mau ikut Rin-ah?” lanjutku.

“gomawo, aku makan dirumah saja” tolaknya.

Sebenarnya aku tidak mau ia pergi bukan karena tidak ada orang lagi yang mengurusiku, tapi karena aku memang membutuhkannya.

Selama makan malam bersama Ri Jung aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Pikiranku terus saja memikirkan Ye Rin.

Cklek. Kumasukki rumah yang terasa sepi. Mungkin Ye Rin sudah tidur.

Saat aku nyalakan lampu di dapur, aku temukan sebuah memo yang menempel dikulkas.

Untuk Lee Hyuk Jae..

Maafkan aku karena aku pergi tanpa memberitahumu sebelumnya. Aku hanya tidak mau perpisahan ini menjadi semakin sulit untukku. Jaga dirimu baik-baik. Terimakasih untuk kebaikanmu selama ini, dan satu lagi aku bukanlah sahabatmu, aku hanyalah seorang housekeeper. Tidak lebih.

Aku remas kertas itu. Aku rasa, aku membutuhkannya lebih dari seorang housekeeper, sangat membutuhkannya.

+++

Ye Rin’s POV

Satu minggu sudah aku berada di Mokpo, dan tepat hari ini Hyuk Jae menikah. Ia menikah dengan orang pilihannya dan aku harus bahagia untuknya, untuk pria yang aku cintai.

“Ye Rin-ah, ada yang mencarimu” panggil Oemma dari ruang tamu. Aku langsung menghampiri Oemma dan melihat siapa yang datang. Ternyata Sora onnie.

“annyeong onnie, ada apa? Bukankah hari ini pernikahan Hyuk Jae?” tanyaku heran melihatnya disini dengan mata sembab.

“kumohon, ikutlah denganku” pintanya.

Aku yang masih belum mengerti ada apa sebenarnya langsung berganti pakaian dan ikut dengannya.

“rumah sakit?” ucapku bingung saat tahu kalau Sora onnie membawaku kesini.

Ia mengangguk dan menarikku masuk kesebuah ruang rawat inap dan aku lihat Hyuk Jae sedang terbaring diatas ranjang. “onnie, ada apa dengan Hyuk Jae?” tanyaku lirih. Aku tak bisa menahan air mata yang mulai membasahi pelupuk mataku.

“apa kau tahu kalau Hyuk pernah mengalami kecelakaan 4 tahun yang lalu?” aku benar-benar terkejut mendengar ucapan Sora onnie barusan.

Aku menggeleng, “ia tak pernah memberitahuku”

“seharusnya aku memberitahumu waktu itu, tapi karena pekerjaan aku harus segera pergi. Kecelakaan itu membuatnya hilang ingatan. Awalnya dokter bilang ingatannya akan kembali dalam waktu dekat, tapi ternyata kerusakannya lebih parah dari yang diperkirakan dan Hyuk divonis bahwa ingatannya tak akan kembali” jelas Sora onnie yang semakin membuatku tercengang. Jadi ini sebabnya ia tak mengingatku?

“lalu, ada apa dengannya sekarang?” tanyaku sembari melihat kearah Hyuk.

“beberapa saat sebelum pernikahannya ia tak bisa diam, terus menanyakanmu ‘apakah kau melihat Ye Rin?’ ‘apakah ia akan datang?’”

“jinjja?”

Ia mengangguk, “ne. bahkan saat ia sudah berdiri didepan altar bersama Ri Jung, ia sesekali menengok kebelakang”

Aku diam tak percaya.

“sampai tiba-tiba Hyuk meringis kesakitan dan jatuh pingsan. Kami semua langsung membawanya kemari” lanjut Sora onnie yang kentara sekali tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya kepada dongsaengnya.

“apa dokter sudah memeriksanya?”

“sudah dan ia menjelaskan sesuatu yang kurang bisa aku mengerti. Yang aku tangkap adalah sepertinya Hyuk berusaha mengingat sesuatu yang sangat sulit dan jadilah seperti ini” jelasnya lagi.

Aku berjalan kearah ranjang dimana ia berbaring. Berlutut disampingnya dan menggenggam tangannya erat. “sadarlah, aku disini..”

”ah ya, bagaimana dengan Ri Jung? Apa pernikahan mereka batal?” tanyaku pada Sora onnie.

“tentu saja, lagipula Ri Jung sepertinya sudah mulai kesal dengan sikap Hyuk jauh sebelum pernikahan mereka. Ia bilang kalau Hyuk selalu membicarakan seorang gadis yang bekerja dirumahnya dan pembicaraan itu membuatnya muak”

Ah, tentu saja ya.. apa aku harus senang?

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan Hyuk yang bergerak dan ia bergumam sesuatu yang tak jelas.

“onnie! Hyuk sudah sadar!” sahutku senang. Sora onnie langsung menekan bel untuk memanggil suster.

Aku dan Sora onnie menunggu diluar kamar. Masih jelas terlihat kecemasan yang ada diwajah Sora onnie. Wajar saja, orangtua mereka sedang ada perjalanan bisnis di Jepang dan Sora onnie yang tidak mau membuat mereka khawatir sama sekali tidak memberitahukan masalah ini.

Setelah beberapa saat kami kembali kedalam dan Sora onnie berbincang dengan dokter. Terlihat Hyuk sedang duduk bersandar diatas ranjangnya.

Sora onnie menghampirinya, “bagaimana keadaanmu?” tanyanya yang sekarang sudah terlihat tenang.

Aku yang belum berani mendekat hanya diam didekat pintu memandang mereka dari sini.

Tiba-tiba Hyuk melihat kearahku, “Park Ye Rin, sedang apa kau disana?” tanyanya mengejutkanku.

“aku.. menjengukmu” jawabku singkat tak mau terlihat salah tingkah didepannya.

Aku lihat Hyuk membisikkan sesuatu pada Sora onnie yang entah apa. Sora onnie keluar kamar dengan memberiku sebuah senyuman. Apa maksudnya?

“hey kau, kemarilah..” panggil Hyuk.

Aku berjalan mendekatinya, “merasa baikan?”

Ia tersenyum tipis lalu menarik lenganku sehingga jarak wajahku dan wajahnya hanya sekitar 3 cm. “buat aku merasa baikan”

“mwo?” tanyaku heran.

“cium aku”

Aku terdiam. Sedikit kaget memang, tapi harus aku pastikan kalau ia sedang tak menggodaku.

“shireo..” ucapku lalu menarik tubuhku kembali.

“kalung itu.. sepertinya cincin itu sangat berharga untukmu” ucapnya tiba-tiba sambil menunjuk kalung berliontin cincin yang tak pernah aku lepaskan dari leherku.

Aku sedikit terkejut ia menanyakan kalung ini, “tentu saja”

“jeongmal? Apa aku boleh membuangnya dan menggantinya dengan yang baru?”

“mwoya?! Andwae!” jawabku sedikit kesal. Apa-apaan dia?

“itu benda pemberianku, jadi terserah aku mau aku apakan benda itu”

Aku terdiam mendengar ucapannya barusan. Kali ini aku benar-benar terkejut dibuatnya. Aku menatapnya heran. Apa ia serius?

“wae? Kau masih belum mengerti juga?” aku jawab pertanyaannya dengan gelengan.

“haah.. begini, kau Park Ye Rin dan aku Lee Hyuk Jae. Aku yang memberimu cincin itu 10 tahun yang lalu. Dicincin itu aku mengukir namamu. Bagaimana? Apa kau mengerti?” jelasnya.

Air mataku kembali membasahi pipiku. Ia mengingatku dan juga cincin ini. Apa ia juga mengingat janjinya?

“apa cuma itu yang kau ingat?” tanyaku memastikan.

Ia memasang wajah berpikirnya, “aku rasa tidak ada lagi”

Aku menghela nafas kecewa. Tak apa lah, setidaknya ia sudah sadar. Aku tidak mau melihatnya pingsan lagi.

Tiba-tiba ia terkekeh, “tenang saja, sekarang aku sudah mengingat semuanya. Aku juga tidak lupa dengan janjiku akan kembali dan akan bersama lagi dengan sahabatku yang sekarang telah menjadi seorang yeoja cantik dan aku.. mencintainya”

Ucapannya membuat air mataku semakin menderas. “Hyuk Jae baboya!!” seruku memukul pelan dadanya.

Tawanya semakin lebar, “haha, aku selalu berhasil membuatmu menangis”

“tapi kau belum menepati janjimu” ucapku masih terisak.

“hmm, aku memang tidak menepati janjiku yang pertama, tapi aku pasti akan menepati janji yang kedua. Kita akan bersama lagi” jawabnya lalu tersenyum manis.

Aku balas senyumannya dan untuk beberapa saat kami terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Hyuk..” panggilku memecah keheningan.

“ne?”

“aku.. aku hamil” aku rasa aku harus mengatakannya sekarang.

Ia terdiam sejenak menatapku dengan matanya yang jernih, “Ye Rin-ah, apa kau mau membuatku pingsan lagi?”

“wa.. wae?” tanyaku bingung.

“aku bisa saja pingsan karena terlalu senang mendengar ucapanmu itu, tapi aku tidak bisa memelukmu kalau aku pingsan” jawabnya lalu menegakkan tubuhnya dan memelukku.

“ha ha.. kau lucu sekali Hyuk” ucapku sambil tertawa yang dipaksakan.

Aku balas pelukkannya yang hangat, “naddo saranghae Lee Hyuk Jae”

~END~

By: tyasung

Thanks for reading and thanks to everyone who left comments. I really appreciate it ^^

Untuk Radit, diharapkan puas dengan ff ini *bow*

5 thoughts on “Painful Love [Part 2/2 No NC]

  1. ​•̸X_X•̸X_X•̸ªªª♏џџη~η•̸X_X•̸X_X•̸ ϑέčĥ. Dah dasar playboy … Kmrn2 tiap malem selalu pulang dgn cewe yg berbeda ( mana nge*** dmn Aja lg … Di dapur jd … Tepok jidat … )…. Trus mabuk n ” tidur ” dgn ye rin …. Sampai tau2 pulang bawa cewe n blg mau nikah lg …. (˘_˘)čĸ! (˘_˘)čĸ! (˘_˘)čĸ! … Tp bagus deh … Eunhyuk dah tobat hehe dan inget sama ye rin n janji masa lalu nya …. Chukaeeeeeee muach muach …

Leave a reply to ziecopkers Cancel reply